Ekonomi global saat ini menghadapi dua tantangan besar: krisis lingkungan dan ketidakadilan sosial. Model pertumbuhan ekonomi konvensional yang terlalu menekankan pada peningkatan PDB (Produk Domestik Bruto) sering kali mengabaikan dampak ekologis serta distribusi kesejahteraan. Dalam konteks ini, muncul konsep Ekonomi Donat (Doughnut Economics) yang diperkenalkan oleh Kate Raworth pada tahun 2012, sebagai kerangka berpikir baru untuk menciptakan sistem ekonomi yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.
Konsep Ekonomi Donat
Ekonomi Donat digambarkan dalam bentuk visual seperti donat:
- Lingkaran dalam (inner ring): merepresentasikan foundation sosial (social foundation), yaitu kebutuhan dasar manusia seperti pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan, kesetaraan gender, dan akses energi. Jika seseorang hidup di bawah standar ini, maka ia mengalami deprivasi.
- Lingkaran luar (outer ring): merepresentasikan batasan ekologis (ecological ceiling), yaitu batas daya dukung bumi terkait emisi karbon, kerusakan biodiversitas, polusi, deforestasi, dan degradasi ekosistem. Jika aktivitas ekonomi melampaui batas ini, maka bumi mengalami kerusakan lingkungan yang membahayakan kehidupan.
Dengan demikian, ruang aman dan berkelanjutan bagi manusia berada di antara dua lingkaran tersebut, yang disebut sebagai “safe and just space for humanity”.
Prinsip-Prinsip Utama
Kate Raworth (2017) mengajukan tujuh prinsip kunci untuk membangun ekonomi donat:
- Ubah tujuan – dari mengejar pertumbuhan tanpa henti menjadi kesejahteraan manusia dalam batas planet.
- Melihat gambaran besar – memahami bahwa ekonomi terhubung dengan masyarakat dan ekologi.
- Nurture human nature – mengakui manusia sebagai makhluk sosial yang kooperatif, bukan hanya rasional-egoistik.
- Menguasai sistem – menyadari bahwa ekonomi adalah sistem kompleks dengan hubungan non-linear.
- Distribusi adil – mendorong pemerataan sumber daya dan kesempatan.
- Regenerasi – membangun sistem ekonomi yang memperbaiki, bukan merusak lingkungan.
- Pertumbuhan agnostik – tidak menjadikan pertumbuhan sebagai tujuan utama, melainkan fokus pada kualitas kehidupan.
Tantangan dan Penerapan
Penerapan ekonomi donat masih menghadapi tantangan, seperti:
- Dominasi paradigma pertumbuhan ekonomi konvensional.
- Ketergantungan negara berkembang pada eksploitasi sumber daya alam.
- Perbedaan kepentingan politik dan ekonomi global.
Meski begitu, konsep ini telah diuji coba dalam kebijakan publik, salah satunya di Amsterdam (Belanda) yang pada tahun 2020 mengadopsi kerangka Ekonomi Donat untuk merancang kebijakan kota berkelanjutan. Ekonomi Donat menawarkan paradigma baru yang lebih inklusif dan ekologis, menekankan kesejahteraan manusia tanpa melampaui batas daya dukung bumi. Konsep ini menjadi salah satu jawaban atas krisis multidimensi yang dihadapi dunia saat ini, sekaligus membuka peluang bagi negara-negara berkembang untuk membangun sistem ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan.
Reference:
Raworth, K. (2012). A safe and just space for humanity: can we live within the doughnut?. Oxfam.

